Jumat, 05 Desember 2014

MENASEHATI ANAK DENGAN LEBIH DULU MEMUJINYA



Sahabat muslim yang dimuliakan Allah SWT, Alhamdulillah, Segala puji bagi Allah SWT  yang telah memberikan sebuah Nikmat dan karunia terbesar buat kita, terutama di  dalam rumah tangga yang di hiasi dengan suasana kesejukan dan senyum canda tawa
Nabi Muhammad SAW adalah orang yang mengetahui hakikat jiwa manusia dengan berbagai macam seluk-beluk dan kecendrungannya. Beliau adalah seorang yang sangat berpengalaman untuk menundukkanya, terkadang memakai pujia dan sanjungan untuk memberikan dorongan semangat atau menggugah perasaan agar jiwa yang bersangkutan merespon dan mau melaksanakan nasehatnya dengan suka rela tampa ada paksaan dan senang tampa ada rasa takut. Sehubungan dengan hal ini, Ibnu Umar ra menceritakan pengalamannya sebagai berikut :
“Ketika aku masih muda dan belum menikah, aku sering tidur di mesjid pada masa Rasulullah SAW. Dalam tidurku aku bermimpi seakan-akan ada dua malaikat yang membawaku ke neraka. Ternyata neraka begitu mengarah kedalam seperti keadalaman sebuah sumur yang pada kedua sisinya terdapat tanduk; didalamnya terdapat banyak orang yang telah saya kenal, maka saat itu juga aku berkata: Aku berlindung kepada Allah dari siksa neraka. “Ibnu ‘Umar melanjutkan kisahnya bahwa ia didatangin oleh malaikat lain yang berkata kepadanya: “kamu jangn takut!” Selanjutnya, dia menceritakan mimpinya itu kepada Hafsah dan Hafshah menceritakannya kepada Rasulullah SAW, maka beliau SAW  bersabda:

 نِعْمَ الرَّجُلُ عَبْدُ اللهِ لَوْ كَانَ يُصَلِّي مِنْ اللَّيْلِ

“Sebaik-baiknya lelaki adalah ‘Abdullah seandainya dia mengerjakan shalat malam.”

Sejak saat itu ‘Abdullah bin ‘Umar selalu mengerjakan shalat malam harinya tampa banyak tidur, kecuali hanya sebentar. Pujian yang dikemukakan oleh Nabi SAW ternyata dapat membangkitkan motivasi dalam dirinya untuk mengerjakan shalat malam secara terus-menerus.

Sehubungan dengan hal ini, Al-Ghazali telah mengatakan sebagai berikut:
“Apabila terlihat dalam diri seorang anak akhlak yang baik dan perbuatan yang terpuji, hendaklah dihormati dan diberikan kepadanya imbalan yang dapat menyenangkan dan dipuji di hadapan orang banyak guna menyemangatinya untuk melanjutkan akhlak yang mulia dan perbuatan terpujinya. Apabila sang anak melakukan hal yang bertentangan dengan apa yang telah disebutkan di atas, sedang dia berupaya keras untuk menyembunyikan, hendaklah sang pendidik berpura-pura seakan-akan tidak mengetahui sesuatu pun yang dilakukannya agar sang anak tidak merasa malu dengan kesalahannya. Apabila sang anak mengulangin kesalahannya, hendaklah dia ditegur secara rahasia, dijelaskan akibat kekeliruannya, dibimbing ke arah yang benar, dan diperingatkan agar tidak mengulangi lagi kekeliruannya, karena nanti pasti akan diketahui oleh orang lain dan akan membuatnya merasa malu.” (Ihya ‘Ulumuddin, 3/63)

Ya Allah, Ajarilah kami kebenaran; bimbinglah kami kearahnya; dan janganlah Engkau permalukan kami di hadapan makhluk-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Amin