Idul fitri membawa berkah bagi kaum
muslimin. setelah 1 bulan berpuasa, tibalah saatnya berlebaran. ada yang
khas disetiap hari raya idul fitri, ada ketupat, opor ayam dan kue-kue
beraneka rasa dan warna menghiasi meja tamu, baju baru pun seakan
menjadi hal “wajib” bagi sebagian orang.
Ada satu kebiasaan (baca: tradisi) yang identik dengan hari raya idul fitri, yaitu ucapan ” minal ‘aidin” dari seseorang yang ditujukan kepada kita, dan biasanya secara spontan kita akan menjawab dengan ucapan ” wal faizin “.
Suatu ketika penulis ditanya oleh anak penulis yang baru 6 tahun ” bapak, koq orang-orang pada nyebutin mas faizin ya? apa yang punya ebaran itu mas faizin ya?”
Pertanyaan yang menggelitik, kalau dirunut kemasa lalu, entah siapa yang memulai ungkapan “minal ‘aidin wal faizin” ini.
dua kalimat ini seakan sudah menjadi sejoli, dimana ada ‘aidin disitu
ada faizin. apa sebenarnya arti dari kalimat tersebut?
“minal ‘aidin ( bagian dari orang-orang yang kembali ), “wal faizin” (
dan orang-orang yang beruntung). kelihatannya nampak janggal, kalau
kita mau menelusuri, ternyata kalimat tersebut dipenggal dari sebuah
rangkaian kalimat “
جَعَلَنَا اللهُ وَإِيَّاكُمْ مِنَ الْعَائِدِيْنَ الْفَائِزِيْنَ، وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ
” Semoga Allah menjadikan kita dan
anda sekalian bagian dari orang-orang yang kembali (fitrah) dan
oarng-orang yang beruntung, semoga Allah menerima ibadah dari kita dan
anda sekalian. “
Melihat arti dari “minal ‘aidin wal faizin” diatas ternyata bukan mempunyai arti ” mohon maaf lahir batin ” seperti dipahami oleh sebagian orang selama ini.
Dalam buku
” Lebaran Menurut Sunnah yang Shahih ” oleh Dr. Abdullah bin Muhammad
bin Ahmad Ath Thayyar hal. 126 terbitan Pustaka Ibnu Katsir disebutkan :
Ibnu Hajar Rahimahullah mengatakan:
“telah sampai kepada kami riwayat
dengan sanad yang hasan dari Jubai bin Nufair, ia berkata: “Jika Para
sahabat Rasulullah saling bertemu di hari raya, sebagiannya mengucapkan
kepada sebagian lainnya: “TaqabbalAllohu minnaa wa minkum”. (Fathul Bari (II) 446)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah ditanya tentang ucapan selamat di hari raya, beliau menjawab,
“Ucapan selamat hari raya sebagian
mereka kepada sebagian lainnya jika bertemu setelah shalat ‘Id dengan
ungkapan: TaqabbalAllohu minna wa minkum dan A’aadahullahu ‘alaika serta
ucapan sejenisnyaa, maka hal ini telah diriwayatkan dari sejumlah
sahabat bahwa mereka melakukannya, dan telah diperbolehkan oleh para
imam seperti Imam Ahmad,dll. Maka siapa yang melakukannya, ia memiliki
panutan, dan yang meninggalkannya pun memiliki panutan.” (Majmuu’ Fatawa
(XXIV/253)
Ucapan mana yang paling baik?
Tentu yang ada riwayatnya seperti
disebutkan diatas, apakah pengucapan “minal ‘aidin wal faizin ” itu
salah? sepanjang pengetahuan penulis belum ada yang menyalahkan, meski
begitu hendaknya dijaga makhroj dari kalimat itu sendiri,jangan sampai
kita konyol dalam mengucapkan, misalnya ” minal ‘aizin wal faizin ” atau
” minal ‘aidin wal fa’idin” .
Inilah tradisi kita, konon ucapan minal ‘aidin wal faizin” itu hanya ada diindonesia./to/09/10/ch
Wallahu a’lam bisshawab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar